SMS Untuk Kesehatan Ibu Dan Anak

sms-okPenggunaan handphone kini sudah masuk ke desa-desa. Penggunaannya pun sangat beragam. Selain untuk melakukan kontak sehari-hari, kini handphone digunakan juga untuk mendapatkan informasi terkait kesehatan ibu dan anak.

Sebagai contoh, Di RSUD Majalaya, Kabupaten Bandung, dirintis program SiJari Emas, yang menghubungkan tenaga medis dan penyedia layanan pada saat gawat darurat. Program SMS lainnya ‘ SIGAPKU’ yang akan menerima complain, keluhan, uneg-uneg terkait pelayanan kesehatan Ibu dan Anak, serta SMS SIPPP yang menjadi ajang pembelajaran bagi para tenaga kesehatan. Berita ini tentu melegakan, untuk ibu yang mau melahirkan bila menghadapi komplikasi persalinan terutama dengan kasus-kasus gawat, oleh bidan/tenaga medis dapat diberikan pertolongan yang lebih tepat dan lebih cepat. Saat diinformasikan seorang ibu dalam keadaan darurat, fasilitas di puskesmas/rumah sakit dapat disiapkan lebih cepat, jkarena diberitahu melalui SMS yang terhubung dengan system informasi kesehatan yang ada. Dari informasi tersebut dapat dideteksi puskesmas/ rumah sakit mana yang siap untuk menangani keadaan darurat tersebut . Tentu ini merupakan, sebuah cara baru.

Penggunaan SMS untuk pengiriman informasi kesehatan merupakan sebuah contoh bagaimana internet dan handphone digunakan dalam sector kesehatan. Pemanfaatan ini biasanya digunakan untuk kampanye kesehatan, berbagi informasi mengenai kesehatan, penyediaan data kesehatan pasien dan peningkatan kemampuan tenaga medis. Dalam konteks kesehatan Ibu dan Anak, handphone dapat membantu dalam mencegah keterlambatan pengambilan keputusan serta terlambatnya transportasi penanganan Ibu hamil di saat krisis. Juga berguna untuk menghubungkan antara tenaga medis di rumah sakit dan puskesmas/ bidan pada saat terjadi krisis persalinan.

Kemetrian Kesehatan (Kemenkes) dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan, angka kematian ibu saat melahirkan pada tahun 2012 mencapai 349 per 100.000 kelahiran hidup dan angka ini meningkat tajam dari tahun 2007 yang mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara di Jawa Barat, angka kematian Ibu dan Bayi lebih besar sebanyak 228 orang per 100.000 kelahiran. Banyak penyebab tingginya kematian Ibu dan Bayi Baru lahir, penyebab langsungnya yang terbanyak adalah pendarahan dan eklampsia. Dari berbagai literature dan diskusi-diskusi dengan komunitas, penyebab yang mendukung tingginya angka tersebut adalah kemampuan dna ketrampilan penolong persalinan yang kurang memadai, minimnya infrastruktur (penyedia pelayanan kesehatan dan sarana transportasi) serta minimnya informasi mengenai kesehatan Ibu dan Anak sehingga menyebabkan kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai kesehatan Ibu dan Anak. Minimnya sarana informasi tersebut, dapat diatasi dengan menyediakan informasi mengenai kesehatan yang cukup. Lebih baik, bila informasi tersebut tersedia secara mudah, cepat, sesuai dan murah. Penggunaan handphone serta layanan SMS-nya memberikan peluang untuk memberi kesehatan informasi dengan kriteria tersebut.

Di Indonesia, pemanfaatan dan Inovasi ini mungkin dilakukan dengan mendorong penggunaan teknologi, akses handphone yang kini telah dimiliki oleh sekitar 250 juta pengguna (menurut Asosiasi Telekomunisasi Seluler Indonesia, 2011), diharapkan dapat membantu meningkatkan kesehatan keluarga. Dengan pemakaian handphone, informasi bisa langsung ke tangan yang bersangkutan.

Di negara lain, inisiatif penggunaan aplikasi handphone seperti SMS, dilakukan melalui inisiatif MAMA (Mobile Alliance Maternal Action) , yang kini tersebar di 35 negara. Program ini berusaha memberi informasi kepada Ibu, agar si Ibu lebih kuat dan memahami kesehatan melalui informasi yang dimilikinya. SMS dikirimkan gratis setiap minggu selama masa hamil dan satu tahun setelah melahirkan. Salah satu Negara yang menjadi jaringannya, yakni di Bangladesh. Kini anggotanya sudah mencapai 10.000 ibu. Ibu-ibu yang menjadi target adalah ibu-ibu dari keluarga miskin dan memiliki kemungkinan resiko tinggi dalam persalinan ditinjau dari riwayat medisnya.

Selain itu ada text4baby. Ada 24 juta pesan yang terkirim dengan jumlah pengguna sekitar 350 ribu , sebagian besar pelanggan adalah ibu-ibu muda yang baru pertama melahirkan. Pesan SMS yang dikirim seperti perkembangan bayi, tidur yang baik bagi proses kehamilan, menghindari cacat lahir, menjaga nutrisi, mengingatkan jadwal imunisasi, kesehatan mental, milestone perkembangan kelahiran dan pertumbuhan bayi, kekerasan keluarga, menjaga aktifitas fisik serta menyusui.

Di Kenya, untuk ibu-ibu yang buta huruf, SMS dikirimkan ke handphone suaminya. Sementara itu, para tenaga kesehatan dilatih untuk membuat isi SMS untuk dikirimkan ke ibu-ibu yang sedang hamil. SMS digunakan untuk memeriksa secara regular kesehatan ibu serta jika terjadi keluhan.

Ada juga yang menjual alat-alat Kesehatan Ibu dan Anak yaitu Maternova.com. Yang menarik, penjualan alat kesehatan ibu dan anak secara online ini, memiliki keunggulan harganya murah dan sesuai dengan kebutuhan persalinan ibu dan anak daerah-daerah remote area.

Di Indonesia sendiri selain inisiatif SMS SIGAPKU dan SIJAriEmas, inovasi lainnya dicoba dirintis oleh Tim ITB dengan membangun database dan aplikasi kesehatan maternal dan neonatal ( kesehatan ibu dan bayi baru lahir) yang mencatat progress kesehatan seorang ibu dari dalam data kesehatan di puskesmas/rumah sakit dari awal hamil hingga melahirkan.

Tantangan Ke Depan

Di Indonesia, penggunaan mobile phone untuk informasi persalinan dan perkembangan kesehatan ibu dan bayi masih terbatas. Dengan jumlah pengguna sekitar 250 juta, masih banyak hal dapat dikembangkan. Penggunaan berbagai ragam media juga penting untuk dikombinasikan dengan penggunaan handphone, penggunaan leaflet, televise, pertemuan-pertemuan komunitas, radio komunitas dan media alternative lainnya yang dekat dengan perempuan. Sehingga informasi menjadi lebih lengkap didapatkan oleh perempuan-perempuan yang sedang hamil untuk menjaga kesehatan kehamilannya, menjaga kelahirannya dan kesehatan bayi baru lahir.

Juga pemikiran lainnya yang dapat dikembangkan dengan, mengkolaborasikan informasi tersebut dengan diskusi tatap muka di berbagai kegiatan komunitas Pos Yandu, PKK serta Puskesmas sehingga menghasilkan pemahaman yang lebih kuat. (Ditulis oleh Dini Mentari, Kandidat Doktor Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia)

Scroll to Top
Skip to content