Data Terbuka di Unconference Transparansi Sunlight Foundation

Credit Photo: Sunlight Foundation

Oleh: Timothy Lay, Relawan di PATTIRO.

Dari 29 Mei hingga 2 Juni 2014, Sunlight Foundation menyelenggarakan Transparency Camp tahunan mereka di Washington, D.C. Diselenggarakan di School of Public Policy, George Mason University, Transparency Camp mengumpulkan 800 peserta, termasuk mahasiswa, pengembang online, CSO dan perwakilan donor serta akademisi.

The Sunlight Foundation adalah organisasi berbasis di Amerika yang berfokus pada keterbukaan legislatif, uang dalam politik, kontrak terbuka, dan data perusahaan terbuka. Dengan demikian, konferensi ini, pada tahun-tahun sebelumnya, berfokus pada gerakan transparansi di AS. Tahun ini, konferensi diperluas untuk mengeksplorasi baik pertarungan di tingkat internasional maupun yang dilakukan di tingkat subnasional di negara-negara yang beragam seperti Rumania dan Ghana.

Sebagai penggerak utama dalam gerakan transparansi pemerintahan di Indonesia, PATTIRO hadir dalam acara tersebut, dengan Spesialis Open Government Partnership (OGP) Nanda Sihombing mewakili organisasi tersebut di Washington. Hal ini mengikuti peran sentral PATTIRO dalam Pertemuan Regional OGP Asia Pasifik di Bali baru-baru ini.

Meskipun secara luas ditujukan untuk mengatasi masalah transparansi, ketidaksepakatan ini – disebut karena suasananya yang santai – terutama berfokus pada peran data terbuka dalam pertarungan ini. Open data adalah sebuah konsep yang memandang perkembangan teknologi online sebagai jalan yang menjanjikan untuk keterbukaan informasi. Salah satu cara yang dianggap sangat berguna adalah pengembangan platform terpusat untuk permintaan informasi di seluruh badan pemerintah. Dengan cara ini, data terbuka dapat bekerja bersama-sama dengan undang-undang kebebasan informasi untuk merampingkan akses ke informasi.

Di negara-negara yang belum memprioritaskan pemberlakuan undang-undang kebebasan informasi, banyak organisasi telah mendorong data terbuka sebagai metode mendorong keterbukaan. Dengan melakukan itu, mereka berharap dapat memberi masyarakat akses ke informasi yang tidak diabadikan oleh hukum.

Selain itu, peserta TransparencyCamp juga mengidentifikasi potensi open data sebagai alat investigasi peran uang dalam politik. Ini telah dilakukan di beberapa negara, termasuk Spanyol, di mana infografis telah diproduksi untuk menggambarkan hubungan antara partai politik dan korporasi.

Dengan Indonesia telah memperoleh keuntungan legislatif yang signifikan akhir-akhir ini, data terbuka merupakan cara yang potensial di masa depan. Masih harus dilihat, apakah keterbatasan infrastruktur di Indonesia dapat diatasi agar data terbuka menjadi teknik yang layak untuk keterbukaan pemerintah yang lebih besar di seluruh Indonesia. Sementara itu, forum seperti TransparencyCamp sangat penting untuk pengembangan dan berbagi ide untuk transparansi yang lebih baik dalam pemerintahan.

Scroll to Top
Skip to content