PATTIRO Berencana Kembangkan Aplikasi Penyedia Informasi dan Penyedia Kamar Rumah Sakit

bpjsDua tahun beroperasi, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan belum juga mampu memberi jalan keluar atas berbagai keluhan masyarakat, termasuk keluhan mengenai sulitnya memperoleh kamar perawatan. Tidak sedikit rumah sakit mitra lembaga penyedia jaminan kesehatan nasional itu yang kerap menolak pasien peserta BPJS Kesehatan dengan alasan kamar penuh. Tak jarang pula, masyarakat yang berniat menjalankan rawat inap di rumah sakit-rumah sakit tersebut harus menunggu lama untuk mendapat kamar perawatan. Anehnya, pada saat yang bersamaan, pihak rumah sakit masih bisa menerima pasien bukan peserta BPJS Kesehatan untuk menjalani rawat inap di kelas yang sama.

Masyarakat peserta BPJS Kesehatan juga harus bersabar dan berjuang ekstra keras untuk memperoleh layanan kesehatan yang mereka butuhkan. Pasalnya, lembaga itu menerapkan alur pelayanan dengan rujukan berjenjang. Jadi, sebelum bisa mendapat servis dari pihak rumah sakit atau dokter spesialis, peserta harus memiliki surat rujukan dari fasilitas kesehatan (faskes) tingkat I yang telah pemerintah tunjuk seperti puskesmas, dokter keluarga, ataupun klinik.

Sayangnya, karena informasi mengenai ketersediaan kamar tidak terupdate dan tidak real time, mekanisme rujukan menjadi tidak efektif. Kamar perawatan sering tidak tersedia di rumah sakit yang tertera di surat rujukan. Masyarakat pun terpaksa menunggu sampai batas waktu yang tidak pasti. Atau, mereka harus berpontang-panting ria mencari kamar kosong di rumah sakit lainnya dan kembali mengurus surat rujukan.

Hmm, kalau begitu, bagaimana caranya kita, masyarakat peserta perusahaan asuransi kesehatan milik negara tersebut bisa mendapat pelayanan kamar perawatan di rumah sakit dengan lebih mudah dan cepat, namun tetap berkualitas?

IMG_20160401_163743

Pertanyaan itulah yang akan PATTIRO jawab melalui aplikasi pelayanan informasi dan pemesanan kamar rumah sakit. “Masyarakat membutuhkan sebuah platform atau aplikasi yang menyediakan informasi mengenai ketersediaan kamar secara real time. Aplikasi ini harus dapat diakses, digunakan, dan bermanfaat bagi masyarakat atau pasien, pihak rumah sakit, faskes pemberi surat rujukan, BPJS Kesehatan, pemerintah, serta pemerhati pelayanan kesehatan,” jelas Spesialis Pelayanan Publik PATTIRO Rokhmad Munawir.

Untuk merealisasikan inisatif pengembangan aplikasi tersebut, PATTIRO pun mengikuti kompetisi Innovation and Collaboration for Development (In.CoDe) tahun 2016 yang diselenggarakan oleh The Asia Foundation (TAF). Bak gayung bersambut, inisiatif tersebut menarik hati beberapa pemuda pemuda pengembang aplikasi Brobat. Bersama mereka, PATTIRO akan mengajukan pengembangan aplikasi pelayanan informasi dan penyedia kamar rumah sakit tersebut di dalam ajang perlombaan tersebut.

Secara umum, aplikasi ini akan memberikan informasi menyeluruh mengenai kondisi rumah sakit seperti berapa jumlah kamar perawatan yang tersedia, profil dokter, fasilitas yang tersedia, ketersediaan obat, dan sebagainya. Selain itu, Brobat juga memiliki fitur lain seperti pemesanan mobil ambulans secara online yang tentunya dapat mempermudah dan memberi manfaat besar kepada masyarakat.

Dengan keberadaan aplikasi ini, nantinya, masyarakat terutama warga kurang mampu tidak perlu lagi menunggu lama untuk mendapat kamar perawatan. “Dengan adanya informasi yang real time di dalam aplikasi ini, ketika warga berobat dan mengurus surat rujukan dari faskes tingkat I, mereka bisa langsung mendapat kepastian kamar perawatan. Melalui aplikasi ini juga, mereka bisa langsung pesan itu kamarnya,” ujar Rokhmad. Selain itu, aplikasi ini tidak hanya bisa digunakan oleh pengguna kartu BPJS Kesehatan, masyarakat yang tidak terdaftar di dalamnya pun juga bisa ikut memesan kamar perawatan dengan cepat dan akurat.

Tidak hanya memberi keuntungan kepada masyarakat, fasilitas kesehatan tingkat I dan pengelola rumah sakit pun kecipratan manfaatnya. Aplikasi Brobat dapat mempermudah kerja kedua penyedia layanan kesehatan tersebut. Bagi faskes tingkat I, mereka bisa langsung mendapatkan informasi kamar kosong secara online dan akurat saat membuatkan surat rujukan perawatan untuk pasien. Pihak rumah sakit juga bisa mendapatkan calon pasien dengan lebih cepat. “Aplikasi ini bisa menjadi jawaban bagi keluhan masyarakat yang sulit mengakses informasi kamar. Rumah sakit juga mendapat promosi melalui penilaian setelah perawatan karena nanti aka nada fitur pemberian bintang,” pungkas Rokhmad.

Agar kegunaan aplikasi ini dapat berkelanjutan, perlu ada kerja sama antara pengembang aplikasi dan berbagai pihak lain yang terkait, baik itu masyarakat, penyedia layanan kesehatan, dan dinas kesehatan.

“Dinas kesehatan setempat harus bisa memastikan bahwa rumah sakit yang berada di bawha koordinasinya menggunakan dan memperbaharui status kamar secara real time. Penting juga bagi masyarakat dan pengelola fasilitas kesehatan tingkat I yang memberikan rujukan untuk selalu menggunakan aplikasi Brobat setiap kali memberikan rujukan. Masyarakat juga harus bersedia memberikan penilaian atas pelayanan rumah sakit dalam bentuk rating secara jujur, sehingga dapat berfungsi sebagai media promosi kinerja pelayanan kepada publik. Rumah sakit pun juga perlu menjadikan aplikasi ini sebagai alternatif menggaet pasien dan media promosi melalui unjuk kualitas pelayanan selama pasien di rumah sakit,” terang Rokhmad.

Inisatif PATTIRO ini terpilih sebagai 25 inisiatif terbaik. Pada tanggal 2 April 2016 lalu, PATTIRO dan teman-teman pengembang aplikasi Brobat menghadiri briefing dan workshop untuk membuat purwarupa aplikasi yang dikehendaki secara cepat. Saat ini, PATTIRO dan tim sedang mempersiapkan purwarupa aplikasi tersebut dan akan mengirimkannya ke panitia In.CoDe sebelum 16 April mendatang. Dan, pada penghujung bulan April, 3 dari 10 aplikasi terbaik akan mendapat hadiah berupa pembiayaan pengembangan aplikasi. Semoga, Brobat menjadi salah satu dari 3 aplikasi terbaik tersebut.

Scroll to Top
Skip to content