Oleh Didik Purwondanu*
Setelah memperoleh kartu kepesertaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan pada April lalu, 160 difabel di Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat kini mulai memanfaatkan kartu sakti tersebut untuk memperoleh pengobatan secara gratis. Marwiyah salah satunya.
Warga Desa Bagek Polak itu nampak bungah saat menceritakan pengalamannya dioperasi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lombok Barat dengan menggunakan kartu BPJS Kesehatan yang belum lama ia dapatkan. Marwiyah menuturkan, pada tanggal 21 September 2016, ia yang seharusnya menjadi tuan rumah pertemuan dengan rekan sesama aktivis difabel. terpaksa absen. Diantar suaminya Abdul Hamid yang hanya seorang buruh tani, Marwiyah memeriksakan kondisi kesehatannya yang kian menurun akibat kanker payudara yang ia diderita ke puskesmas setempat. Dari sana, Marwiyah langsung dirujuk ke RSUD Lombok Barat untuk mendapat penanganan lebih lanjut. Dalam waktu kurang dari 24 jam, operasi pengangkatan benjolan di dada kiri Marwiyah pun berhasil dilaksanakan.
“Pada tanggal 22 September, benjolan di dada sebesar bakso kecil sudah diambil. Biaya operasinya sekitar Rp 15 juta. Tapi, karena saya menggunakan kartu BPJS Kesehatan, saya tidak keluarkan biaya sedikitpun,” tutur perempuan dengan disabilitas daksa itu.
Marwiyah bukanlah satu-satunya difabel yang sudah memanfaatkan kartu BPJS Kesehatan. Ada juga Misna dan Heri.
Setiap kali alerginya kambuh, Misna selalu datang ke puskesmas untuk berobat. “Setiap gatal-gatal, saya selalu berobat ke puskesmas. Sudah empat kali saya berobat gratis,” ucap perempuan dengan disabilitas daksa itu.
Heri yang juga seorang difabel juga sudah merasakan manfaat menggunakan kartu BPJS Kesehatan. Saat istrinya melahirkan melalui operasi Caesar, ia tidak mengeluarkan uang sama sekali.
Marwiyah, Misnah, dan Heri hanya tiga dari ratusan difabel dan keluarga yang telah menerima dan memanfaatkan kartu BPJS Kesehatan kategori Peserta Bebas Iuran (PBI) dari Pemerintah Kabupaten Lombok Barat.
“Hingga akhir September 2016, sudah ada lebih dari 800 difabel dan keluarga di Kecamatan Labuapi dan Kecamatan Lingsar yang menerima kartu BPJS Kesehatan kategori PBI tersebut,” ujar Koordinator Pusat Pengembangan Potensi Disabilitas (P3D) Labuapi Khalid.
Pencapaian ini terjadi berkat kegigihan para aktivis difabel yang tergabung di Kelompok Difabel Lingsar Bergerak (KDLB) dan Pusat Pengembangan Potensi Disabilitas (P3D) Labuapi[1] dalam mengadvokasi pemerintah daerah setempat. Iuran kepesertaan para difabel dan keluarga dalam BPJS Kesehatan itu pun sepenuhnya dibayarkan oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Barat melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)-nya.
*) Penulis adalah Manager Program Peduli Pilar Disabilitas PATTIRO
Penyunting: Ega Rosalina
[1] Dua organisasi difabel tersebut merupakan dampingan PATTIRO sejak tahun 2015 melalui Program Peduli Pilar Disabilitas.