Generasi Muda Jadi Kunci Aksi Iklim: DLHK dan PATTIRO Serukan Kolaborasi di Banten

Foto: Peserta Perempuan Iklim Banten 2025

Kolaborasi lintas sektor dalam upaya pelestarian lingkungan hidup di Provinsi Banten perlu terus diperkuat. Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Prrovinsi Banten Bersama PATTIRO menyelenggarakan diskusi publik bertajuk “Peran Generasi Muda dalam Pelestarian Lingkungan di Banten” di Gedung Serba Guna DPRD Provinsi Banten pada Jumat (28/11). Kegiatan ini sekaligus menjadi bagian dari rangkaian program Perempuan Iklim (PuanKlim) 2025, yang mendorong keterlibatan aktif pemuda dalam aksi iklim di tingkat daerah.

Diskusi publik ini diharapkan dapat memperluas pemahaman generasi muda mengenai ancaman krisis iklim sekaligus membuka peluang aksi nyata di tingkat lokal. DLHK bersama PATTIRO menegaskan komitmennya untuk terus menyediakan ruang dialog, edukasi, dan penguatan kapasitas bagi pemuda Banten dalam menghadapi tantangan lingkungan ke depan.

Foto: Ruli Riatno, Kepala Bidang Pengelolaan Sampah DLHK Provinsi Banten

Dalam paparannya, Ruli Riatno, Kepala Bidang Pengelolaan Sampah DLHK Provinsi Banten, menegaskan bahwa Provinsi Banten tidak bisa menghindari dampak Triple Planetary Crisis, yaitu perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Saat ini hal tersebut juga menjadi isu utama di berbagai negara.

“Perubahan iklim ini nyata dan sudah kita rasakan. Cuaca ekstrem, musim yang tidak menentu, hingga ancaman krisis air adalah tanda-tanda yang tidak bisa lagi kita abaikan,” ujarnya.

Ruli juga menyoroti pentingnya posisi generasi muda yang akan menjadi kelompok paling terdampak sekaligus penentu keberlanjutan bumi. Menurutnya, anak muda merupakan saksi sekaligus pewaris bumi sehingga keterlibatannya dalam menjaga bumi adalah hal yang mendesak. Anak muda dapat berperan dalam berbagai langkah adaptasi dan mitigasi, seperti pengelolaan sampah, konservasi air, pertanian rendah emisi, hingga keterlibatan aktif dalam Program Kampung Iklim (ProKlim).

Foto: Fabya Luthfiana, Program Officer PATTIRO

Sementara itu, Fabya Luthfiana, Program Officer PATTIRO, menyoroti tantangan akses informasi dan pendanaan yang masih membatasi ruang gerak komunitas pemuda dalam aksi iklim. “Banyak komunitas pemuda punya ide besar, tapi belum tahu bahwa pendanaan lingkungan itu tersedia dan bisa diakses,” jelasnya.

Dalam paparannya, Fabya juga memperkenalkan skema Small Grants BPDLH yang dapat dimanfaatkan oleh kelompok mahasiswa, komunitas lingkungan, hingga organisasi penggiat sungai untuk menginisiasi program-program hijau di komunitas mereka. Ia juga menekankan pentingnya memanfaatkan peluang tersebut untuk memperkuat aksi lingkungan di Banten.

Selain itu, Fabya menjelaskan kolaborasi multipihak dalam Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) 2025, termasuk kerja sama antara PATTIRO, Pemerintah Provinsi Banten, industri setempat, masyarakat, dan stakeholder lainnya dalam reklamasi lahan kritis bekas tambang—sebuah model kolaborasi pemerintah–LSM–industri yang menunjukkan bahwa aksi lingkungan akan jauh lebih kuat ketika dijalankan bersama.

Foto: Diskusi Publik Peran Generasi Muda dalam Pelestarian Lingkungan di Banten

Moderator diskusi, Siti Aisyah, menggarisbawahi peran pemuda sebagai motor perubahan. Ia menekankan bahwa generasi muda memiliki kemampuan unik untuk berinovasi dan bergerak cepat, baik di ruang digital maupun akar rumput.

Fitria Muslih, Direktur Eksekutif PATTIRO, menyoroti pentingnya memperluas ruang kolaborasi lintas sektor. Baginya, krisis iklim adalah persoalan bersama. Oleh karena itu solusi yang dihadirkan pun harus dibangun bersama. “Kami percaya orang muda di Banten memiliki potensi besar untuk menjadi pelopor gerakan lingkungan yang inklusif dan berkelanjutan. Kolaborasi pemerintah, masyarakat, dan organisasi masyarakat sipil adalah kunci untuk mempercepat perubahan,” tegas Fitria.

Scroll to Top