JAKARTA — “Bank Dunia melihat keterbukaan dan transparansi sebagai kunci dalam menciptakan hasil pembangunan yang lebih baik dan meningkatkan akuntabilitas,” kata Dini Sari Djalal, Senior Communications Officer Bank Dunia perwakilan Indonesia, saat memberi open statement diskusi bertajuk Bank Dunia dan Pembangunan Terbuka (Open Development), Senin (3/12) di kantor World Bank perwakilan Indonesia, Jalan Jenderal Sudirman Jakarta Pusat.
Acara yang dihadiri 20 orang perwakilan NGO ini, pada awalnya digagas oleh PATTIRO karena melihat betapa pentingnya share knowledge untuk memperkuat gerakan masyarakat sipil di Indonesia. “Kita menginisiasi acara ini dan menyampaikan ke World Bank tentang perlunya open data dan peran CSO di dalamnya,” kata Sad Dian Utomo, Direktur Eksekutif PATTIRO.
Dalam sesi pertama acara, disampaikan bahwa Bank Dunia saat ini berada di garis terdepan dalam International Aid Transparency Iniatitive (IATI) dan mendapat urutan kedua setelah DFID untuk transparansi bantuan dari 72 organisasi donor (Aid Transparency Assesment oleh Publish What You Fund 2012).
Sejak April 2010, kebijakan akses informasi di Bank Dunia mencakup tiga hal, yaitu [1] open data, riset dan pengetahuan, [2] operasional yang terbuka, finansial dan hasil (proyek dan operasional, pembiayaan yang terbuka, hasil evaluasi independent evaluation group, pemetaan hasil, corporate score card dan arus bantuan) serta [3] kemitraan untuk keterbukaan (kemitraan pemerintah yang terbuka, dasar pengetahuan dan portal open data).
Terkait dengan open data, Bank Dunia memaknainya dengan tiga hal yaitu open, accessible dan searchable. Pengertiannya bahwa informasi harus tersedia tanpa dipungut biaya, mudah digunakan dan bisa diolah kembali serta mudah didapatkan. Perubahan tersebut bisa dilihat di website www.worldbank.org sebelum dan sesudah April 2010
“Sekarang di situs World Bank, orang bisa mendownload data gratis, data tidak lagi berbentuk PDF tapi berupa format *.doc, .*rtf, .*xls, minimal restrictions on use. Juga ada penambahan 4 bahasa, searchable, dan adanya katalog data. Website tersebut diharapkan memberikan konteks komunikasi yang baik bagi siapapun yang mengaksesnya,” papar Dini Sari Djalal.
Muchammad Fahazza, salah satu peneliti PATTIRO yang hadir dalam kesempatan tersebut menyampaikan bahwa PATTIRO sudah melakukan hal tersebut melalui Program SMS Water yang dilaksanakan di Kota Malang dan Makassar. Program ini dijalankan dengan menggunakan teknologi SMS ke dalam web yang bertujuan meningkatkan perencanaan air bagi masyarakat perkotaan di Indonesia. [dilaporkan oleh Ramlan Nugraha-PATTIRO Jabar]