Hari Perempuan Internasional, Perempuan Mulai Aktif Berperan Sebagai Agen Perubahan Desa

Hari Perempuan InternasionalHari Perempuan Internasional yang jatuh pada hari ini, 8 Maret 2016, merupakan hari dimana para perempuan di seluruh dunia memperingati keberhasilan mereka di berbagai bidang, baik di bidang ekonomi, politik, maupun sosial.

Di Indonesia, sayangnya, masih banyak hal yang menghambat perempuan untuk berkembang dan terlibat lebih dalam di berbagai kegiatan kemasyarakatan. Salah satunya adalah kuatnya sistem patriarki di desa dan perilaku diskriminatif. Akibatnya, para pria lah yang kerap mendominasi jajaran agen-agen perubahan di desa.

Namun, kondisi berbeda justru terjadi di 100 desa dampingan PATTIRO di Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Banten. Perempuan justru “merajai” panggung komunitas pemberdayaan desa, terutama di bidang kesehatan.

Peneliti PATTIRO Didik Purwondanu menyebutkan, mayoritas pegiat warga yang ikut berpartisipasi dalam mendorong perbaikan layanan dan derajat kesehatan masyarakat serta aktif melakukan pengawasan sosial di 100 desa tersebut adalah perempuan. “Di setiap desanya, rata-rata terdapat 10-15 pegiat warga yang kami fasilitasi untuk kemudian bergerak secara mandiri menyelesaikan masalah kesehatan di desanya. Dan, 70% persen di antara pegiat warga tersebut adalah perempuan,” ujar Didik.

Didik menuturkan, pegiat warga perempuan di salah satu desa di Sulawesi Selatan bahkan mampu mengadvokasi dan mendorong pemerintah desanya untuk membangun Posyandu. “Mereka juga sudah terlibat di dalam perencanaan pembangunan desanya. Mereka meminta pemerintah desa dan Kepala Puskesmas mengalokasikan anggaran untuk merenovasi dan melengkapi fasilitas Posyandu tersebut,” imbuh Didik.

Di desa lain, tambah Didik, berkat dorongan dan usaha para ibu mengadvokasi Kepala Puskesmas, bidan-bidan desa berkinerja buruk dicopot dari jabatannya. “Karena usaha keras para perempuan tersebut, pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan desa pun saat ini sudah lebih baik,” terangnya.

Selain itu, meski memiliki peran ganda, sebagai ibu rumah tangga dan pekerja, banyak perempuan masih tetap mampu terlibat di dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat desa, seperti Ida Fitriani, seorang kader kesehatan di sebuah desa di Kabupaten Semarang yang pernah PATTIRO dampingi. “Berbekal informasi yang PATTIRO berikan, saya sekarang sering menyosialisasikan cara mendaftar dan menggunakan kartu BPJS Kesehatan ke masyarakat di lingkungan saya. Kalau saya tidak bergerak, warga tidak akan tahu caranya karena dari pemerintah sosialisasinya sangat kurang,” cerita Ida.

Ida menyebutkan, peran perempuan sebagai agen perubahan di sektor kesehatan sangatlah besar. “Ibu-ibu lebih cepat menanggapi isu-isu kesehatan yang ada di sekitarnya jika dibandingkan bapak-bapaknya. Kemarin saat ada kasus demam berdarah di desa saya, ibu-ibu yang mendatangi Puskesmas dan melaporkan temuan ini,” cerita Ida.

Lebih lanjut Didik kembali mengatakan, keterlibatan aktif para perempuan tersebut menunjukkan bahwa perempuan memiliki kemampuan yang sama dengan para lelaki untuk memberdayakan masyarakat di sekitarnya, asalkan mereka diberikan informasi dan diedukasi mengenai cara untuk melakukan perubahan.

“Kalau dulu perempuan sering kali dijadikan objek program kesehatan seperti misalnya program kesehatan ibu dan anak, serta program kesehatan reproduksi, kini, mereka sudah mampu menjadi subjek program kesehatan dan mampu berperan sebagai agen perubahan. Intinya, berikan mereka pengetahuan dan kesempatan,” pungkas Didik.

Artikel ini dimuat di Tribunnews.com dengan judul Hari Perempuan Internasional, Perempuan Mulai Aktif Berperan Sebagai Agen Perubahan Desa.

Scroll to Top
Skip to content