Wa’ Agu, Perempuan di Balik Perubahan Desa Botto Mallangga

Cerita dari Lapangan oleh Sadaruddin*

Botto Mallangga adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Maiwa, Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan. Desa Boto Mallangga memiliki luas sekitar 23.75 km2. Desa ini dihuni oleh sekitar empat ratus kepala rumah tangga yang tersebar di enam dusun yaitu Dusun Mallangga, Dusun Cakke, Dusun Kadeppe, Dusun Salusawah, Dusun Sarassang, dan Dusun Jati.

Desa Botto Mallangga memiliki satu posyandu di Dusun Kaddepe. Aktivitas pelayanan kesehatan di posyandu ini tidak dilakukan di satu gedung khusus, melainkan di rumah pribadi kepala dusun. Pelayanan tersebut pun diberikan hanya pada waktu-waktu tertentu. Meski begitu, warga desa tersebut tetap dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara reguler. Ini karena secara kebetulan gedung Puskesmas Kecamatan Maiwa berlokasi di desa itu, tepatnya di Dusun Cakke.

Sayangnya, banyak sampah berserakan di Puskesmas Maiwa. Bau tidak sedap pun sering kali tercium oleh para pasien dan warga yang datang. Puskesmas tersebut pun sering kekurangan pasokan air bersih. Akibatnya, bau menyengat juga kerap tercium dari toilet puskesmas.

Kondisi itu kini perlahan berubah. Semuanya berkat Agustina. Perempuan paruh baya yang kerap disapa Wa’ Agu itu adalah seorang ibu rumah tangga biasa. Wa’ Agu tidak memiliki latar belakang pendidikan tinggi. Ia hanya lulusan Sekolah Dasar (SD). Bahkan sampai saat ini, ia belum lancar dalam menulis.

Keadaan itu tidak menghalangi semangat Wa’ Agu membawa perubahan di desanya. Difasilitasi oleh PATTIRO, Wa’ Agu bersama para Pegiat Warga (PW) Desa Botto Mallangga lainnya membuat beberapa aksi sosial.

Aksi sosial pertama adalah membersihkan lingkungan Puskesmas Maiwa. Wa’ Agu bersama para PW aktif mengajak warga di enam dusun di Desa Botto Manggala untuk ikut terlibat dalam kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan puskesmas. Bahkan, Wa’ Agu beberapa kali membuat pengumuman dengan menggunakan pengeras suara masjid.

Atas kerja keras Wa’ Agu, pada 27 November 2015, lebih dari 50 warga dari enam dusun menggeruduk Puskesmas Maiwa. Ada yang membawa sapu, kain pel, sapu lidi, dan lain sebagainya.

Aksi bersih-bersih itu sempat mengagetkan petugas puskesmas. Bagaimana tidak, aksi sukarela itu Wa’ Agu dan warga lakukan tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu. Namun, pada akhirnya, para tenaga kesehatan puskesmas pun turut terlibat dalam aksi bersih-bersih.

Selesai aksi, Kepala Puskesmas Maiwa pun mengimbau para stafnya untuk selalu menjaga lingkungan sekitar puskesmas dan tidak lagi membuang sampah di sembarang tempat. Ia juga mengatakan bahwa dirinya akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan air puskesmas.

Aksi sosial kedua yang Wa’ Agu bantu wujudkan adalah pembersihan gudang milik Organisasi Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di Dusun Saluwasah untuk dijadikan sebagai posyandu. Wa’ Agu berinisiatif untuk melakukan hal itu karena menurutnya jika menunggu pemerintah desa mengambil tindakan akan memakan waktu lama.

Wa’ Agu menceritakan, sebenarnya warga sudah pernah meminta pemerintah desa untuk menyediakan gedung khusus untuk posyandu desa. Namun, Sekretaris Desa Botto Mallangga mengatakan belum dapat merealisasikan usulan tersebut. Alasannya, pemerintah belum menemukan lokasi yang tepat dan tidak ada masyarakat yang bersedia menghibahkan tanahnya untuk pembangunan gedung posyandu.

Tidak ingin berlama-lama, Wa’ Agu pun langsung bertindang. Ia mengajak warga desa untuk kerja bakti membersihkan gudang milik PKK yang sudah tidak lagi terpakai. Tidak lama setelah dibersihkan, tepatnya pada tanggal 18 Januari 2016, gudang tersebut pun langsung digunakan untuk aktivitas pemberian pelayanan kesehatan oleh posyandu.

Berkat inisiatif Wa’ Agu itu, aktivitas posyandu tidak lagi dilakukan di rumah pribadi Kepala Dusun Kadeppe. Kini, Desa Botto Mallangga memiliki gedung khusus untuk posyandu memberikan pelayanan kesehatan di Dusun Salusawah.

Selain masalah fasilitas kesehatan, ternyata, Desa Botto Mallangga juga kerap kali kekurangan pasokan darah. Padahal, tidak sedikit warga desa tersebut yang mengalami pendarahan pada saat hamil dan melahirkan. Salah satu warga yang mengalami hal itu adalah Irma. Meski pada saat melahirkan ia sudah dirujuk ke Rumah Sakit Umum di Kabupaten Parepare, Irma tetap kesulitan mendapatkan donor darah. Ia bahkan harus merogoh kantong dalam-dalam untuk memperoleh darah yang sesuai dengan miliknya. Kejadian yang menimpa Irma juga dialami oleh istri salah satu PW Desa Botto Mallangga Amir. Saat itu, istri Amir mengalami keguguran dan pendarahan hebat. Butuh waktu tidak sebentar sebelum Amir mendapatkan donor darah untuk istrinya.

Inisiatif aksi sosial lagi-lagi datang dari Wa’ Agu. Ia mengajak PW lainnya untuk melakukan aksi sosial lain yaitu melakukan identifikasi golongan darah. Setuju dengan usulan Wa’ Agu, semuanya pun mulai bergerak melakukan tugasnya masing-masing.

Sementara para PW mulai mengajak warga untuk turut serta dalam aksi tersebut, Wa’ Agu mendatangi Penanggung Jawab Laboratorium Puskesmas Maiwa Suryani. Ia mengajak Suryani untuk ikut membantunya dan PW lain melakukan pemeriksaan terhadap golongan darah warga. Ia juga meminta bantuan Suryani untuk mencatat nama-nama warga yang bersedia menjadi pendonor darah jika terjadi kasus pendarahan di Desa Botto Mallengga, terutama pendarahan saat hamil dan melahirkan.

Pada tanggal 18-19 Desember 2015, aksi pemeriksaan golongan darah pun diselenggarakan di dua tempat berbeda. Bagi warga yang berdomisili di Dusun Cakke, Dusun Kadeppe, dan Dusun Sarassang, pemeriksaan dilakukan di rumah salah satu PW Suarni di Dusun Cakke. Bagi warga yang bertempat tinggal di Dusun Mallangga, Dusun Jati, dan Dusun Salusawah, pemeriksaan dilakukan di rumah Wa’ Agu yang terletak di Dusun Saluwasah. Pada aksi tersebut, 137 warga turut memeriksakan golongan darah mereka. 32 Warga diantaranya pun bersedia menjadi pendonor darah bagi ibu hamil dan yang akan melahirkan.

Wa’ Agu adalah salah satu PW Desa Botto Mallangga yang terlibat dalam pelaksanaan Program Transparansi untuk Pembangunan/Transparency for Development (T4D) mengenai Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir. Bekerja sama dengan Ash Institute dan J-PAL, PATTIRO melakukan program ini di seratus desa di dua provinsi yaitu Banten dan Sulawesi Selatan.

*) Fasilitator PATTIRO dalam Program T4D di Provinsi Sulawesi Selatan | Penyunting: Ega Rosalina

Berita

Berita Lainnya

Newsletter

Scroll to Top
Skip to content