Penelitian yang baik adalah penelitian yang ditulis. Namun, penelitian yang memberikan dampak adalah penelitian yang dibaca dan dapat menjadi bahan rujukan untuk mengatasi masalah yang ada di masyarakat. Seiring berjalannya waktu, kebutuhan informasi kian berkembang. Agar penelitian yang sudah kita buat menarik untuk dibaca, kita memerlukan strategi yang mutakhir dalam menulis laporan yang efektif dan mudah dipahami.
PATTIRO melalui dukungan International Development and Research Centre (IDRC) dan OAK Foundation menggelar pelatihan penulisan laporan yang efektif dan mudah dipahami untuk para pegiat PATTIRO pada 20-21 November 2022 di Hotel Aston, Jakarta. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan para pegiat PATTIRO dalam mengolah data dan menyusun laporan penelitian ilmiah yang efektif.
Terdapat beberapa masalah klasik yang muncul ketika memulai menulis, yaitu tidak mengetahui apa yang harus ditulis, tidak mengusai persoalan, tulisan tidak fokus, tulisan tumpah, dan tulisan tidak efektif. Agar masalah-masalah tersebut dapat teratasi fasilitator menekankan pentingnya menentukan angle tulisan. Angle tulisan sebaiknya memenuhi syarat: terbaru, paling menarik, paling penting, dan memperhatikan ketokohan. Penentuan angle juga mencegah penulis menulis secara “tumpah”. Oleh karena itu, penulis dapat memilah mana temuan atau materi yang sebaiknya masuk dalam tulisan dan mana yang harus dieliminasi atau dibuat secara terpisah.
Selain itu, dalam menjawab tantangan zaman terhadap keberagaman sajian informasi, fasilitator juga menyarankan untuk mengemas penelitian dalam beragam jenis tulisan yang lebih ringan dan singkat seperti opini, infografis yang dapat diunggah ke media sosial PATTIRO, rilis yang di terbitkan di media, dan lain-lain, tidak melulu dalam format laporan penelitian. Hal ini dilakukan untuk menjaring pembaca yang lebih luas. “Terdapat perbedaan antara peneliti dengan pembaca. Peneliti cenderung untuk menulis secara kronologis, sedangkan pembaca ingin langsung mengetahui temuan penting dari penelitian. Pembaca sering kali tidak memiliki waktu untuk membaca seluruh laporan,” ujar fasilitator.
Selain menjaring pembaca yang lebih luas, penelitian yang dilakukan oleh PATTIRO juga dapat diterbitkan dalam bentuk jurnal ilmiah. Direktur Center for Regulation Policy and Government (CRPG) yang menjadi fasilitator dalam pelatihan ini, Mohamad Mova Al Afghani, mengatakan penerbitan penelitian ke jurnal ilmiah dapat mengukuhkan argumen peneliti di ranah akademik sehingga advokasi yang dilakukan dapat lebih teruji datanya. “Untuk NGO, penerbitan penelitian ke jurnal ilmiah tidak perlu yang sudah Scopus atau Sinta karena tujuan utamanya untuk memperluas sosialisasi hasil penelitian,” ujar Mova.
Para pegiat yang mengikuti pelatihan ini tampak antusias menyimak materi-materi yang disampaikan oleh para fasiliatator. Para pegiat silih berganti mengutarakan pertanyaan kepada para fasilitator, utamanya dalam mengatasi masalah-masalah klasik yang dialami oleh penulis serta kiat-kiat mengumpulkan data dari para narasumber penelitian. Pelatihan ini juga sekaligus menjadi wadah konsultasi untuk tulisan-tulisan yang sedang dan sudah dikerjakan oleh para pegiat.
Wawanudin, pegiat PATTIRO yang mengikuti pelatihan tersebut, menyebutkan pelatihan penulisan efektif ini menginspirasinya untuk mengembangkan laporan penelitiannya menjadi produk tulisan lain yang lebih ringan dibaca, seperti opini dan konten di media sosial. “Pelatihan penyusunan laporan yang dilaksanakan kemarin berkontribusi memberikan pengetahuan dan kemampuan teknis bagi saya untuk memahami bahwa laporan kajian bisa atau sepatutnya dikembangkan menjadi bahan untuk mendorong kebijakan. Pengembangan ini dapat berupa opini, unggahan media sosial, dan bentuk lainnya. Tujuannya agar temuan tersebut dapat diakses oleh masyarakat luas,” ujar Wawanudin.
Sementara itu, Eva Nurcahyani, pegiat PATTIRO yang mengikuti pelatihan tersebut, menuturkan bahwa ia merasa terbantu dengan pelatihan tersebut lantaran fasilitator mengajak meninjau ulang tulisan-tulisan yang pernah ia garab selama di PATTIRO. “Peserta pelatihan diajak langsung mengerjakan beberapa tulisan yang sudah pernah dikerjakan dengan menggunakan metode yang disampaikan oleh fasilitator. Terlebih fasilitator yang dihadirkan sangat humble dan asik dalam menyampaikan materi,” tutur Eva.