Pemerintah Desa (Pemdes) Sukoharjo, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro bersama warga, perguruan tinggi, dan beberapa kelompok masyarakat sipil melakukan penanaman pohon untuk konservasi lingkungan dan pengembangan kawasan agroforestri di Desa Sukoharjo, pada Minggu (4/2/24). Ke depan, kegiatan ini akan menjadi kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh Pemdes dan warga setempat.
Rangkaian kegiatan ini meliputi penanaman bibit Pohon Pule yang berfungsi untuk mencegah abrasi di pinggir aliran Sungai Bengawan Solo dan Pohon Alpukat yang berfungsi untuk wisata petik buah di lahan milik desa. Kemudian dilanjut dengan sarasehan guna membahas peluang pengembangan desa agroforestri dengan melibatkan multi pihak dan seni teatrikal terkait aksi menghijaukan bumi.
Kegiatan ini merupakan inisiatif kolaborasi yang muncul dari kepedulian dan kesepahaman bersama antara Pemdes, warga, akademisi dan beberapa pegiat kelompok masyarakat sipil terkait kondisi kerusakan lingkungan yang makin parah sehingga berujung pada krisis iklim. Desa Sukoharjo merupakan salah satu desa penghasil migas di Bojonegoro. Gerakan penghijauan ini merupakan bagian dari tanggunjawab moral untuk berkontribusi dalam penyerapan emisi karbon. Selain untuk merawat lingkungan, kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan pendapatan warga melalui pengembangan budidaya tanaman buah-buah yang memiliki nilai ekonomis.
Pengembangan kawasan agroforestri ini dilakukan secara kolaboratif dengan melibatkan multi pihak, yaitu Pemdes Sukoharjo, Bojonegoro Institute (BI), Pegiat Ekowisata Agni Istighfar Paribrata dari East Java Ecotourism Forum (EJEF), Universitas Bojonegoro, Yayasan Adopsi Hutan Jawa Timur (YAH-JT), Aktore Media Art dan lainnya.
Desa Sukoharjo menjadi salah satu dari proyek percontohan (pilot project) dari Program Penguatan Kelembagaan dan Pengembangan Inovasi Percepatan Pengentasan Kemiskinan Desa yang sedang dijalankan Bojonegoro Institute bekerjasama Pusat Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO) melalui dukungan Ford Foundation. Kegiatan ini menggunakan pendekatan penghidupan lestari berkelanjutan (sustainable livelihood approach).
Kesimpulan sementara dari 5 (lima) modal penghidupan, berupa modal alam, modal manusia, modal sosial, modal finansial dan modal infrastruktur, adanya eksploitasi sumber daya migas belum menimbulkan multilply effect bagi beberapa parameter penghidupan masyarakat desa setempat. Sebagai desa yang terdampak industri Migas Lapangan Kedung Keris Blok Cepu, Desa Sukoharjo memikul beban sosial dan lingkungan yang lebih berat, mulai dari kemiskinan, kesenjangan sosial, dan dampak-dampak kegiatan industri lain yang berpengaruh bagi penghidupan dan lingkungan warga sekitar.